Dahulu kala, disebuah kota kecil di Tiongkok, tinggallah dua orang yang bersahabat baik, yang satu memang berbakat dan rajin dalam belajar. Sedang yang satu temannya kurang pintar dan juga tidak suka belajar.
Setelah mereka berdua tumbuh dewasa, bersama-sama mereka menuju ke kota untuk mencari lowongan kerja. Saat berangkat dari rumah, masing-masing telah membawa bekal untk akomodasi dan uang secukupnya. namun, akhirnya mereka kehabisan bekal dan uang, padahal pekerjaan belum mereka dapatkan, badan mereka pun jua sudah mulai capek dan hampir putus asa. Untuk sementara mereka terpaksa harus tinggal di sebuah gubuk reyot.
Suatu malam hawa cukup dingin hingga menusuk tulang, ditambah dengan hujan gerimis yang tiada henti, dan kedua pemuda pun terlelap tidur. Tiba-tiba si pintar terbangun, ia berpikir daripada mati kelaparan dan kedinginan, mendingan coba-coba mengadu nasib. Siapa tahu ada keberuntungan, maka ia pun segera menyelinap pergi tanpa di ketahui oleh temannya.
Di tengah jalan, di lihatnya ada sebuah keluarga yang sedang berduka. Si pintarsegera mencermati tulisan yang ada di atas pintu rumah duka tersebut. Di situ tertulis almarhum berstatus sebagai seorang ayah. Maka si pintar tidak menyia-nyiakan waktu, langsung saja bersujud di hadapan peti jenazah sambil meraung-raung seraya mengucap : “Saya sungguh menyesal, begitu lama saya mencarimu kesana kemari tidak ketemu, mengapa kau tiba-tiba pergi meninggalkan aku, bukankah kita adalah sahabat yang sangat karib, kita pernah bermain bersama-sama, sama-sama makan dan minum, bahka tidur bersama-sama....”
Keluarga yang berduka sangat terharu mendengar ratapan si pintar, mereka segera menghampiri dan memapahnya untuk berdiri sambil memberikan nasehat ia harus tabah menghadapi percobaan ini. Mereka juga memberinya makan dan minum, bahkan sebelum pamit untuk pergi, pihak keluarga duka juga memberinya beberapa tail uang.
Sesampainya di gubuk, si pintar menceritakan apa yang telah dilakukannya hingga ia dapat mengatasi penderitaannya. Dan si bodoh jadi sangat kagum dan iri hati, ingin sekali dirinya mencoba apa yang dilakukan oleh si pintar. Maka pada saat si pintar tidur, ia pun dengan mengendap-endap keluar dari gubuk untuk mencoba mencari keberuntungan.
Dan setelah berjalan cukup lama, barulah ia menemukan sebuah keluarga yang sedang berduka karena kehilangan salah satu keluarganya. Si bodoh tanpa berpikir panjang lagi dan tanpa melihat tulisan yang ada di atas pintu, ia meniru apa yang di katakan oleh si pintar. Langsung saja bersujud di depan peti jenazah sambil menangis sejadi-jadinya dan berucap : “Almarhum ini orangnya begitu baik, mengapa begitu cepat harus meninggalkan dunia fana ini, teringat kita dahulu berteman baik, bermain bersama, makan dan tidur bersama...”. Saat si bodoh mengulang kata “tidur bersama” untuk yang kedua kali, seluruh keluarga duka menjadi sangat marah lalu memukul si bodoh dengan mengatakan : “Kurang ajar kau, bisanya kau mengatakan bahwa istriku pernah bermain bersamamu, makan dan minum bersamamu, bahkan tidur bersamamu, memangnya kau sudah gila??” Si bodoh akhirnya di usir dengan sekujur tubuh penuh memar akibat di hajar oleh keluarga duka tersebut.
Sesampai di rumah gubuk, ia menceritakan semua yang terjadi kepada temannya. Mendengar penuturan si bodoh, si pintar memarahinya sambil berkata : “Itulah kalau tidak rajin belajar, kalau masuk kerumah duka, lihat dulu tulisan di atasnya, yang mati itu seorang laki-laki atau perempuan”
Cerita di atas mengingatkan kepada kita bahwa jangan hanya meniru atau menjiplak orang lain dengan mentah-mentah dan bekalilah diri dengan ilmu pengetahuan melalui belajar yang tekun, karena banyak hal di dunia ini memerlukan pemecahan dengan menggunakan ilmu dan pengetahuan.
Masukkan Nama Dan Email Anda Untuk Mendapatkan Kedua Ebook Super Di Atas:
0 komentar:
Post a Comment