12/29/2008

Mewariskan usaha kepada siapa

Pada zaman dulu, ada seorang saudagar yang mempunyai usaha yang cukup besar. Pada suatu ketika, si saudagar merasa sudah terlalu tua untuk meneruskan usahanya. Maka ia memutuskan untuk menyerahkan tongkat kepengurusan usahanya kepada salah seorang anaknya. Namun persoalan muncul ketika harus memilih diantara ketiga anaknya, karena si saudagar tua menyadari bahwa ketiga anaknya rata-rata cukup pintar dan cekatan. Namun setelah memikirkan hal tersebut secara lebih mendalam, akhirnya dia memanggil ketiga anaknya dan memerintahkan kepada mereka bertiga : “Ambillah satu tael uang, belilah sesuatu dengan uang itu. Namun harus memenuhi seluruh ruangan kamar”.

Apa yang bisa dibeli dengan uang yang hanya setael? Si bungsu mendengar maklumat ayahnya dengan tiada ekspresi diwajahnya. Sedangkan anak kedua hanya tertunduk membisu. Namun berbeda dengan si sulung, ia masih sempat tersenyum seakan-akan tidak akan menghadapi suatu persoalan yang serius.

Selang beberapa saat kemudian, ketiga anaknya telah kembali dari pasar. Si bungsu membawa gandum, lalu mencoba untuk mengisi ruangan kamar. Namun bagaimanapun dia menyusunya juga hanya dapat memenuhi salah satu sudut ruangan saja. Sedangkan anak kedua membawa kacang, dia juga mencoba menebarkan kacang ke seluruh ruangan. Hasilnya juga sama saja hanya bisa memenuhi sebagian sudut ruangan saja. Tiba giliran si sulung, dia mengeluarkan sebatang lilin dari sakunya, lalu menyalahkan lilin tersebut. Dan kini, seluruh ruangan terang dipenuhi oleh cahaya lilin tersebut. Si saudagar tersenyum puas melihat ulah si sulung, lalu memutuskan untuk menyerahkan usahanya kepada anak sulung yang di anggap lebih cerdas ketimbang kedua saudaranya.




Posting Yang Berkaitan :




0 komentar: